watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

SENGGOLAN MAUT

Aku adalah seorang karyawati sebuah
perusahaan swasta di kota kembang, kalau untuk
penghasilan mungkin boleh dibilang lebih dari
cukup untuk seorang yang masih sendiri seperti
aku, lagipula usiaku masih terbilang muda, sekitar
24 tahun. Kata orang sih aku masih senang jalan-
jalan, lagian aku juga cepat akrab dengan orang-
orang yang baru kenal denganku. Yach itu juga
mungkin satu kelebihanku. Mungkin itu sedikit
gambaranku saat ini.
Seperti biasa, sepulang kerja aku masih
menyempatkan diri pergi ke pusat pertokoan
yang ada di kota ini, sekalian lewat pikirku,
lagipula aku ingin sedikit melepas penatku yang
seharian tadi di belakang meja terus. Tengah
asyik memperhatikan baju-baju yang kulihat tiba-
tiba ada seorang pemuda yang tanpa sengaja
menubrukku dari samping dan kulihat pemuda
itu juga sama terkejutnya denganku. Kupikir dia
juga tanpa sengaja menubrukku tapi yang jadi
masalah tasku ikut terjatuh dan isinya beberapa
tercecer keluar. Dengan sigap aku cepat
memunguti kembali barang-barangku yang
tercecer, tapi pemuda tadi juga tak kalah sigapnya
turut membantuku mengumpulkan barang-
barangku yang jatuh sambil berkata, "Maaf..
maaf.. Mbak.. saya nggak sengaja.." begitu
katanya dengan wajah yang merasa berdosa, aku
hanya tersenyum saja melihat dia seperti itu. Aku
berpikir dalam hati, dia tampan dan berbadan
bagus. Aku jadi nggak terlalu ambil pusing
dengan hal tadi.
Kemudian setelah semuanya beres, kembali dia
megucapkan permohonan maaf. Kemudian dia
berkata lagi, "Mbak, maaf sekali yach.. saya nggak
sengaja, gini aja dech Mbak.. untuk menebus
salah saya tadi, kalau Mbak nggak keberatan saya
ingin mengajak Mbak makan di sana, boleh
yach..?" begitu katanya dengan wajah memelas.
"Nggak usah repot-repot.." kataku, "Lagipula kan
itu nggak sengaja kamu lakukan.."
Kemudian dia berkata lagi, "Please.. Mbak kalau
nggak saya akan sangat ngerasa bersalah sekali,
apalagi kertas-kertas Mbak tadi jadi sedikit kotor.."
begitu katanya memohon. Terus kupikir yah tidak
ada salahnya, apalagi aku pun sudah punya niat
untuk makan dulu sebelum pulang nanti,
maklumlah kalau sudah pulang aku paling males
kalau harus keluar rumah untuk membeli
makanan, soalnya rumahku jarang ada yang
jualan makanan.
Kemudian aku dan pemuda tersebut masuk ke
sebuah restoran yang cukup asyik juga buat
santai sambil menikmati makanannya. Setelah
memesan makanan kemudian kami ngobrol
sambil menunggu makanan datang. "Siapa nama
Mbak..?" dia membuka pembicaraan.
"Diah.." jawabku singkat, "Dan kamu sendiri.."
aku balik bertanya.
"Ryan.." jawabnya.
Akhirnya kami akrab berbincang kesana kemari
sambil menikmati makanannya. "Mbak.. aku antar
pulang yach.. lagian di luar hujan.." kata Ryan
menawarkan. Aku hanya tersenyum saja sambil
mengangguk, lagipula kebetulan beberapa hari ini
aku tidak membawa mobil karena harus
diperbaiki. Kemudian kami pun pulang, setelah
berkeliling-keliling kota sebentar. Sementara hujan
di luar sangat deras. "Ryan..! masukkan saja
mobilnya ke garasi, nggak ada mobil kok, lagi di
bengkel," kataku. Setalah mobil diparkir di garasi
kemudian kami pun masuk ke dalam rumah.
Wah bajuku basah sehabis membukakan pintu
pagar tadi.
"Minum apa Yan.." kataku.
"Ah nggak usah repot-repot," katanya sambil
asyik memperhatikan koran dan juga majalah
yang ada di meja tengah rumah.
"Kamu di sini sendirian Diah.." tanyanya.
"Iya.. emangnya kenapa..?" aku balik bertanya.
"Ah nggak apa-apa, Apa kamu nggak takut..?"
katanya lagi.
"Nggak tuch.. lagian aku udah biasa sendiri kok,"
kataku lagi.
Ryan sibuk melihat-lihat majalah dan juga
beberapa VCD yang sudah kukoleksi sejak
setahun yang lalu. "Wah kamu seneng film-film
semi juga yach.. wah ini juga malah ada Film
Blue-nya.. kalau mau aku juga ada di rumah.."
kata Ryan dari dalam, sementara aku dari dapur
mendengarkan sambil membuat minum
untuknya. "Ini Yan minumnya.. Eh aku mau
mandi dulu yach.. rasanya udah mulai nggak
enak nich badanku, kalau kamu mau nonton ya
nonton aja, bisa kan?" kataku sambil
menunjukkan beberapa film lagi di dalam lemari.
Sementara itu Ryan asyik memilih film, aku
mandi. Rasanya asyik juga nich kalau berendam
di bathtub pikirku. Badanku rasanya segar
kembali. Baru beberapa saat aku berendam tiba-
tiba Ryan memanggilku dari luar. "Diah.. Diah..!
ada telpon tuch.." dan kudengar bunyi telponnya
pun terus berdering. Aku pun dengan segera
mengambil handuk dan dengan tergesa keluar
sambil sedikit berlari, aku tidak sempat lagi
mengelap air yang masih membasahi sekujur
tubuhku. Aku berjalan ke dekat sofa dekat Ryan
yang tengah duduk di bawah dan asyik
menonton dan telepon pun segera kuangkat
sambil duduk sedikit di sofa di samping atas
Ryan.
"Hai Rin.. ada apa," jawabku.
"Ah nggak, hanya kangen saja kok.." terdengar
jawaban dari ujung sana.
Setelah beberapa saat ngobrol dengan Rini,
mataku sambil tertuju melihat film yang tengah
diputar Ryan dan kebetulan film yang beberapa
hari lalu kubeli dan belum sempat kuputar. Aku
sempat terangsang melihat adegan yang tengah
berlangsung di dalam film itu. Bagaimana tidak,
kulihat seorang pria tengah menciumi
selangkangan seorang wanita cantik dan kulihat
wanita itu tengah menikmati rangsangan yang
diberikat si pria dengan sedikit mengerang dan
matanya memejam menahan kegelian yang
tengah dirasakannya. Aku pun seakan tengah
merasakan kegelian yang dirasakannya dan bulu
bulu halus di sekitar kemaluanku pun seakan
terasa meremang menyaksikan adegan tersebut.
Untuk sesaat aku terhayut, dan tanpa kusadar
Ryan sesekali memperhatikan tingkahku yang
seakan ikut terangsang. Tampaknya Ryan jeli
melihat apa yang tengah kurasakan.
Kemudian dia pun sedikit mendekat dan mulai
meraba kakiku yang masih basah oleh air.
Kemudian tangannya mulai naik meraba mulutku
dan bibirnya pun mulai mempel di pahaku yang
terlihat putih. Dengan leluasa aku membiarkan
tangan Ryan meraba dan bibirnya menjilati
pahaku sementara handuk yang kupakai tadi
sudah tidak karuan lagi menutupi tubuhku, aku
mulai menggeliat menahan geli yang teramat
manakala bibir dan lidah Ryan mulai menjalar ke
arah pangkal pahaku.
"Ryan.. Ryan.. geli.. aku meremas-remas handuk
yang kupegang dan juga rambut kepala Ryan
yang kupegang, sementara mataku terpejam dan
kepalaku kurebahkan kesandaran sofa menikmati
jilatan dan juga rabaan di sekujur tubuhku, geli
yang luar biasa. Aku beberapa kali terpekik kecil
menahan geli yang teramat sangat dan aku pun
sangat terangsang. Kulihat Ryan semakin
mamahami titik-titik rangsangku dan terlihat
semakin ganas menyerangku.
Perlahan tangan Ryan mulai menggerayangi
tubuhku bagian atas, buah dadaku yang terlihat
membusung di balik handuk yang masih sedikit
menutupinya. Ryan kembali menghujamkan
ciuman dan juga jilatannya ke arah leherku yang
sedikit jejang dan basah oleh air yang belum
sempat kuseka oleh handuk. Aku tak kuasa lagi
menahan geli yang teramat. "Akh.. akh.." nafasku
sedikit tak teratur menahan semua itu. Ryan
semakin berani dan mulai menurunkan
ciumannya ke arah kedua gunung kembar yang
mulai tersembul ketika handuk yang
menutupinya sedikit tersingkap. Sementara kedua
putingku terasa menahan gejolak seakan ingin
cepat dikulum oleh mulut Ryan yang jilatannya
terasa membuat tubuhku melayang.
Tanpa banyak basa basi lagi Ryan langsung
menjilati dan mengulum buah dadaku satu
persatu seolah ingin semua dihabiskannya. Aku
semakin menggeliat dan memekik kecil, "Akkh..
akhhh.. Ryan.. teruskan.. teruskan.. akh.. ahkk.."
Ryan semakin ganas dan jilatannya terus turun ke
arah kemaluanku yang tersembunyi diantara
bulu-bulu halus dan lumayan banyak itu aku
menggeliat semakin jadi menahan jilatan Ryan
yang semakin gila. "Ahk.. ahk.." aku berusaha
membuka celana Ryan dan juga bajunya yang
terlihat sedikit berkeringat. Ryan mengerti
maksudku, kemudian dia membuka celananya.
Dari celana dalamnya yang putih itu kulihat
senjata Ryan mulai menegang. "Besar juga.."
pikirku dalam hati sambil kupandangi Ryan
dengan senyuman yang menggoda.
Kemudian kukeluarkan senjatanya dan mulai
kujilati perlahan dan sesekali kukulum dalam
dalam senjata Ryan yang semakin membesar itu.
Kulihat Ryan mengerang menikmati jilatanku. Aku
semakin terangsang melihat senjata Ryan yang
semakin menegang itu, kemudian aku mulai
mengarahkan senjatanya ke arah bibir vaginaku
yang sedari tadi sudah terbuka siap menyambut
senjata Ryan yang akan masuk. "Cepat masukkan
Ryan," kataku, "Aku sudah tak kuat lagi ingin
merasakannya."Ryan dengan cekatan mulai
menggenjotkan senjatanya. Aku terpekik sesaat
dan meregang meremas pantat Ryan yang mulai
bergerak menggenjot vaginaku. "Akh.. ahk..
terus.. terus Ryan.. jangan berhenti.."
Ryan mengganti posisinya, kali ini aku mengarah
ke arah sandaran sofa sementara Ryan dari
belakang memasukkan senjatanya ke vaginaku.
Aku berusaha menikmati genjotan Ryan yang
terasa membuatku terengah menahan emosiku
yang semakin memuncak. "Auhkkk.. ahkk.. ahk.."
tanpa terasa keringatku pun terus mengalir
membasahi tubuhku. Kulihat Ryan mulai
mengganti posisinya lagi, kali ini dia duduk di sofa
sementara aku duduk di pangkuannya. Sekarang
saatnya aku yang menggenjotnya perlahan,
sementara Ryan berusaha mengulum buah
dadaku yang semakin mekar dan membusung.
Rambutku kubiarkan terurai ke belakang
sementara mataku terpajam menikmati hentakan-
hentakan yang membuatku semakin merasa
terangsang. Aku mengejang beberapa kali,
kurasakan ada yang keluar dari dalam vaginaku,
sementara Ryan semakin gila menggoyang dari
bawah.
Aku segera memeluk Ryan dan Ryan pun dengan
erat memelukku.
"Diah.. Diah.. aku akan keluar.."
"Keluarkan saja di dalam Ryan.." kataku beberapa
saat dari situ Ryan semakin erat memelukku,
mengejang dan kurasakan sesuatu yang hangat
seakan mengalir ke dalam vaginaku. "Cret..
crrreeett.. crrettt.. akh.. akh.. akh.." Aku terduduk
lemas, begitu pula Ryan. Untuk beberapa saat aku
istirahat, kemudian aku bergegas mandi. Ryan
kulihat masih kelelahan sambil tiduran di sofa.
Semenjak itu kami selalu melakukannya di rumah
atau juga di hotel. Tapi sekarang kami sudah tidak
pernah bertemu lagi, kami memutuskan untuk
berpisah baik-baik sementara Ryan pulang ke
daerah asalnya.


Adult | GO HOME | Exit
1/1439
U-ON

inc Powered by Xtgem.com